Main Cast : Super Junior Heechul, Super Junior Eunhyuk (Sisanya muncul di tengah cerita)
Genre : Brothership, Family, Angst
Disclaimer : The casts are belong to God, Their Family and Themselfs. The 'Story and Plot' are mine <3
Warning : This is ANGST! Pokoknya angst. Sudah di-warning lho ya :)
FF INI DILINDUNGI OLEH ALLAH SWT
They Don't Know Me
Normal POV
1993,
Heechul kecil yang belum genap 3 tahun, berjinjit ria berusaha menggapai box bayi yang lebih tinggi darinya. Ia ingin melihat adiknya. Heechul sendiri belum paham apa itu adik. Tapi Appa dan Eomma menyebut manusia super kecil itu sebagai adiknya. Tadinya Heechul berpikir bahwa manusia kecil itu adalah mainan baru yang dibelikan sang Appa untuknya. Heechul juga bingung kemana perginya perut Eomma yang besar. Kenapa Eomma berubah-ubah? Dulu Eomma langsing, setelah itu berubah gendut selama 9 bulan, eh sekarang langsing lagi.
Heechul kembali berjinjit. Tangannya berhasil menggapai pinggiran box. Ia ingin menyentuh kulit lembut Adik. Tapi tangannya masih terlalu pendek, sehingga tidak sampai. Heechul penasaran dengan makhluk kecil itu. Ia sungguh ingin memperhatikan lebih dekat.
Tiba-tiba Heechul merasakan tubuhnya terangkat. Ternyata itu kelakuan Appa. Ia sengaja mengangkat Heechul agar anak sulung-nya itu tidak jatuh. Karena selain berjinjit, Heechul sudah mulai melompat-lompat tadi.
"Itu adik-mu, Heechul ah. Kim Hyukjae."
"Tim YukJae?" Tiru Heechul yang masih belum fasih bicaranya. Ucapannya terdengar lucu.
Eomma yang masih terbaring lemah hanya bisa ikut tertawa.
"Pegang Yukjae ...." Heechul menggapai-gapaikan tangannya ke dalam box.
Appa segera menurunkan Heechul. Ia paham maksud anak itu. Ia lalu mengambil anak bungsu-nya dari dalam box dan menidurkannya di samping Eomma di ranjang. Selanjutnya Appa kembali mengangkat Heechul dan menaikkannya ke atas ranjang juga.
Heechul sangat takjub melihat makhluk kecil itu. Badannya terbungkus kain berwarna biru dengan banyak gambar boneka lucu. Dia benar-benar terbungkus sampai hanya kelihatan wajahnya saja. Heechul tersenyum kecil. Kini tangannya berhasil memegang pipi adiknya yang masih merah. Heechul sangat takjub karena makluk kecil itu ternyata bisa disentuh. Empuk sekali pipinya.
"Yukjae lutu,.." Ucap Heechul lagi.
"Heechul ah, Hyukjae ini adikmu. Heechul sekarang sudah menjadi seorang Hyung. Heechul harus menyayangi Hyukjae, ne?! Heechul harus bisa mengalah, karena Heechul lebih besar dari pada Hyukjae. Arachi~"
Heechul mengangguk pelan mendengar kata-kata Eomma. Tapi sejujurnya ia tetap belum paham. Namun ia cukup paham dengan kata-kata Eomma untuk menyayangi Hyukjae. Tentu saja dia akan sangat menyayangi Hyukjae. Bagaimana bisa seseorang tidak menyukai makhluk kecil yang super imut ini?
***
1994,
Hyukjae sakit lagi. Hyukjae memang sering sakit-sakitan. Heechul sedih karena teman bermainnya sekarang harus kembali tidur di ranjang seperti itu. Kali ini, Hyukjae tidak sakit seperti biasanya. Badannya sangat panas dan dia tidak bergerak sama sekali. Tubuhnya terlihat sangat lemah. Eomma terduduk di tepian ranjang, menatap anak bungsunya dengan sedih. Heechul tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya diam.
"Kenapa lagi, Yeobo?" Appa yang baru pulang berkerja, langsung masuk ke kamar Hyukjae.
"Yeobo, sebaiknya kita bawa ke Rumah Sakit saja. Panasnya belum turun sama sekali."
"Baiklah ayo!"
Eomma menggendong Hyukjae dan menenteng tas besar berisi baju-baju Hyukjae. Ia sudah mengira Hyukjae akan di-opname. Melihat keadaannya yang belum membaik sejak mulai sakit 3 hari yang lalu. Heechul membuntut di belakang kedua orang tuanya. Namun saat mereka akan masuk mobil, Appa mengatakan sesuatu padanya.
"Heechul-ah, kau tidak usah ikut ya. Kami akan ke Rumah Sakit."
"Anni,.... Heechul ikut."
"Heechul ah, di sana bukan tempat bermain. Adikmu akan berobat di sana."
Ahjuma Kwon, pembantu di rumah mereka menghampiri Heechul. Berusaha membujuknya agar menurut.
"Heechul mau ikut. Heechul mau lihat keadaan Hyukjae."
"Heechul di rumah saja ya!" Kali ini Appa tidak menunggu tanggapan Heechul. Ia langsung beranjak dan menyusul istrinya masuk ke mobil. Dari kaca mobil, terlihat Eomma melambaikan tangan padanya sambil mengatakan sesuatu.
"Chagi jangan nakal ya di rumah. Nanti kalau keadaan Hyukjae sudah stabil, Eomma dan Appa pasti pulang. Hyukjae juga. Ne~"
Heechul tidak menjawab. Dia hanya menatap Hyukjae di pangkuan Eomma. Hyukjae masih tertidur terus.
Mobil berwarna putih itu pun melaju. Meninggalakan Heechul dan Ahjuma Kwon di teras. Heechul berlari masuk ke rumah. Entah kenapa rasanya dia ingin menangis. Air matanya bercucuran begitu saja tanpa diminta. Membuat Heechul mengusap-usap pipinya yang basah. Dia tidak ingin ada orang yang melihatnya menangis. Ahjuma Kwon tetap diam di tempatnya. Menatap punggung Heechul yang sudah mulai jauh. Dia tahu Heechul sedih. Sedih karena Hyukjae sakit, dan sedih karena dia ditinggal sendirian.
***
1997,
Sekarang Heechul sudah berumur 7 tahun. Dia sudah duduk di bangku kelas 1. Sedangkan Hyukjae, dia baru akan masuk Play Group. Seharusnya Hyukjae sudah bisa mulai sekolah tahun lalu, tapi karena kondisinya, ia terpaksa harus menunda satu tahun. Pulang sekolah, Heechul segera menghampiri Hyukjae yang sedang asyik menonton Thomas & Friends.
"Jae, aku tidak mau nonton ini. Ganti ya~" Heechul segera mengganti channel-nya. Muncullah Tom & Jerry. Kartun kesukaan Heechul.
"Jae nonton Thomas,.." Hyukjae menolak untuk menonton Tom & Jerry.
"Ini lebih bagus, Jae!"
"Anni,..."
Heechul kemudian teringat dengan kata-kata Appa. Appa pernah bilang kalau dia nakal, dia akan dipukul. Heechul juga sudah pernah dipukul waktu itu. Kalau Heechul dipukul, berarti Hyukjae juga harus dipukul kalau nakal. Karena sekarang Hyukjae nakal, maka,..
PLUKK.
"Argh,,..." Hyukjae memegangi kepalanya. Sakit. "Hueeeee,..." Hyukjae pun menangis.
Heechul cuek meskipun adiknya sudah meraung-raung. Eomma yang sedang sibuk menanam umbi keladi di pot-pot kecil segera datang karena mendengar tangisan Hyukjae.
"Kenapa ini?"
"Jae dipukul Hyung~" Jawab Hyukjae masih sambil menangis.
"Heechul-ah, Kenapa kau memukul Hyukjae?"
"Hyukjae nakal, Eomma! Makannya dia harus dipukul."
"Memangnya dia nakal kenapa?"
"Dia terus-terusan nonton Thomas. Aku kan juga ingin nonton TV. Aku tidak suka Thomas."
"Heechul, mengalahlah pada adikmu. Lagipula itu bukanlah alasan tepat untuk memukul adikmu."
Heechul langsung cemberut. Dengan hati yang sangat dongkol, Heechul kembali mengganti channel-nya. Sebal yang dirasakannya juga berlipat. Sebal karena keinginannya tidak dituruti dan karena Heechul merasa Eomma tidak adil. Kenapa dulu dia dipukul dan Hyukjae tidak? Heechul benar-benar tidak mengerti.
***
2000,
Heechul merasa stress belakangan ini. Di tahun ke 3 sekolah dasar ini, ia sudah mulai menerima pelajaran Bahasa Inggris. Sungguh pelajaran yang amat sangat sulit baginya. Bahasanya sulit dimengerti. Pelafalannya juga susah. Apalagi besok ada ulangan tengah semester. Heechul berkutat dengan kamusnya sejak pulang sekolah. Ia ingin menghafalkan kosa kata agar nilainya tidak buruk seperti ulangan harian kemarin.
Hyukjae kecil merasa bosan. Ia sudah lama tidak menonton Thomas & Friends. Sekarang dia lebih menyukai Tom & Jerry. Ternyata benar kata Heechul, bahwa kartun itu memang jauh lebih bagus. Tapi dia bosan. Episode yang diputar hanya itu-itu saja. Selalu diulang setiap hari. Hyukjae menghampiri Hyung-nya yang duduk tidak jauh darinya.
"Hyung belajar Bahasa Inggris ya?"
"Sudah, kau nonton TV saja sana. Aku sedang konsentrasi."
"Boleh aku pinjam kamus-nya sebentar?"
"Andwae. Aku sedang belajar."
"Sebentar saja, Hyung~" Hyukjae menarik kamus itu dari tangan Heechul.
"Anni, Monkey!!!!"
"Hyung memanggilku Monkey lagi?" Protes Hyukjae masih sambil terus menarik kamus itu. Namun Heechul juga masih menahannya terus.
"Kau memang seperti, Monkey!"
"Anniyo,..."
"Itu benar!"
"Aku pinjam kamus-nya,..."
"Andwae,...."
Heechul terus menerus memanggil Hyukjae dengan sebutan Monkey. Mata Hyukjae mulai memanas, hatinya sakit. Kenapa Heechul tega sekali memanggilnya Monkey? Padahal Appa dan Eomma sudah sering memberitahunya. Bahkan memarahinya. Akhirnya, meneteslah air mata Hyukjae.
"Kau menangis lagi? Aigoo,...." Heechul pun melepaskan kamusnya. Karena tadi Hyukjae masih menariknya, akhirnya Hyukjae terjatuh dan membentur lantai.
Heechul tertawa. Ia sampai memegangi perutnya karena tertawa terlalu berlebihan. Kalau sudah begini biasanya Hyukjae akan langsung menangis. Karena tadi keadaannya ia sudah menangis, pasti tangisannya akan semakin kencang. Heechul terbahak lagi. Ia merasa sungguh senang dengan adegan barusan.
Tapi ada yang aneh. Kenapa Hyukjae malah diam saja?
Hyukjae segera duduk dan memegang bagian belakang kepalanya. Rasanya sangat perih. Hyukjae pun segera melihat apa yang menempel di tangannya setelah itu.
Darah?
Hyukjae terbelalak kaget. Heechul juga. Apa benturan di kepalanya tadi terlalu keras?
Sejekap kemudian, Heechul dikagetkan lagi dengan bunyi BRUK yang tidak terlalu keras, tapi,... Astaga,... Hyukjae pingsan.
Karena kejadian itu, Heechul pun akhirnya dihukum oleh Appa. Dia dipukul beberapa kali menggunakan kayu kemoceng. Heechul mendapat luka-luka merah memanjang di sekujur punggungnya. Ia hanya bisa menangis saat Eomma mengobati luka-luka itu.
"Maafkan Appa, Heechul-ah! Tapi kau tidak boleh seperti itu pada adikmu." Ucap Appa setelah tahu bagaimana pokok masalah yang sebenarnya.
Heechul tidak menanggapinya, dia terlalu sibuk dengan rasa perih di sekujur punggungnya. Appa pun melenggang keluar.
Eomma yang masih mengoles salep dingin di punggungnya merasa begitu sedih, ia menangis dalam diam. Bahkan Heechul tidak menyadari bahwa Eomma menangis.
***
Luka di kepala Hyukjae tidak terlalu parah. Dia hanya diperban dan langsung diperbolehkan pulang. Di rumah, dia segera menemui Heechul di kamarnya. Dilihatnya Heechul masih terbaring dengan posisi tengkurap di ranjang. Hyukjae merasa miris melihat luka-luka di punggung Hyung-nya. Hyukjae semakin miris saat tahu, bahwa Heechul sedang menangis. Dia pasti sangat sakit dan sedih.
"Hyung, Mianhe..." Hyukjae sudah ikut menangis dengan sukses sekarang.
Heechul tidak menjawabnya.
"Hyung-nim, mianhe~" Ucap Hyukjae sekali lagi.
"Aku marah padamu, Monkey~"
"Kau boleh marah padaku, Hyung. Kau juga boleh memukulku seperti apa yang Appa lakukan padamu."
Heechul mengubah posisi kepalanya membelakangi Hyukjae. Ia sebenarnya juga merasa bersalah karena telah membuat Hyukjae terluka. Tapi ia juga marah karena Appa segera meletakkan semua kesalahan padanya tanpa mau mendengarkan penjelasan. Heechul merasa semakin tidak mengenal Appa. Heechul merasa sungguh jauh dengan kedua orang tua nya sekarang. Sejak ada Hyukjae. Semuanya berawal sejak adanya Hyukjae. Namun di saat yang bersamaan, ia juga tidak bisa membenci Hyukjae. Ia menyayangi Hyukjae. Ia senang mempunyai Hyukjae sebagai adik. Ia hanya kecewa pada kedua orang tuanya.
***
2006,
Hyukjae kesepian di rumah. Sejak setahun belakangan, ia sangat dekat dengan Heechul. Dulu dia punya Eomma untuk diajak bermain saat Heechul tidak ada. Tapi sekarang Eomma sering ikut acara seminar tentang Tanaman Hias. Eomma adalah seorang pembicara yang hebat. Sekaligus seorang agrobisnis yang hebat pula. Bahkan sekarang Eomma sudah sesibuk Appa. Agrobisnis-nya berkembang sangat pesat. Membuatnya sering meninggalkan Hyukjae dan Heechul di rumah bersama Ahjuma Kwon. Eomma hanya akan terus berada di rumah saat Hyukjae jatuh sakit. Selebihnya tidak. Makanya bisa Hyukjae dan Heechul menjadi sedekat sekarang.
Heechul tadi pamit untuk pergi sebentar. Dia latihan futsal untuk klub di sekolahnya yang akan segera bertanding melawan SMA lain. Hyukjae ingin ikut tapi tidak diperbolehkan karena di luar sedang hujan. Heechul takut kalau-kalau Hyukjae malah sakit karena kehujanan. Heechul berjanji bahwa dia akan pulang jam 2. Tapi ini sudah setengah 3, dan Hyung-nya belum pulang. Ahjuma Kwon terus-menerus berkata bahwa Heechul sebentar lagi pulang. Tapi kenyataannya tidak.
Hyukjae pun melenggang ke kamar. Dia ingin melakukan sesuatu untuk mengusir kebosanan. Sesuatu yang belakangan ini menjadi hobi barunya. Hobi yang tidak lazim untuk anak-anak ABG sepertinya. Beberapa hari yang lalu, dia menemukan sebuah majalah dewasa di tas Heechul. Ntah apa yang menarik dari gambar-gambar di dalamnya. Semuanya terlihat tak senonoh tapi sangat menarik untuk Hyukjae. Hyukjae pun mulai browsing tentang hal serupa dan sudah memiliki beberapa koleksi gambar dan video. Hyukjae menikmatinya karena hal itu sungguh menarik.
Baru beberapa video, Hyukjae kembali bosan. Dia ingin nonton dengan Heechul. Mereka sudah melakukannya bersama beberapa kali. Hyukjae ingin melakukannya lagi. Nonton berdua lebih mengasyikkan daripada nonton sendirian.
Saat Ahjumma Kwon berada di dapur, Hyukjae pun menyelinap keluar rumah. Ia tak membawa apapun. Hanya pakaian yang dikenakannya saja. Hyukjae berlari dengan gembira. Dia senang. Dia menyukai Hujan. Ternyata begini rasanya hujan-hujanan. Ini pertama kalinya dalam seumur hidup. Selama ini dia selalu dilarang untuk melakukan hal seperti ini. Sekali lagi karena alasan fisiknya yang tidak sekuat anak-anak lain.
Hyukjae menengadahkan wajahnya menghadap langit. Guyuran air hujan yang tidak begitu deras mengalir di wajahnya. Well, ini tidak asing. Seperti mandi dengan shower. Tapi hujan memiliki sensasi yang berbeda.
Dari kejauhan, Heechul mengeryit melihat seseorang yang mirip adiknya sedang berdiri di tengah jalan sambil menengadah. Heechul mempercepat laju motornya.
"Kenapa sih, Heechul-ah?" Tanya seseorang yang sedang dibonceng Heechul. Ia adalah Leeteuk, sahabat Heechul.
"HYUKJAE~" Heechul tidak menjawab pertanyaan Leeteuk, malah berteriak menyerukan nama orang yang sedang menengadah itu. Dia yakin itu adiknya.
Saat mendengar ada yang memanggilnya, Hyukjae sedikit terjingkat. Namun dia segera tersenyum lebar saat tahu itu Hyung-nya.
Heechul semakin mempercepat laju motornya. Leeteuk di belakang mengusap-usap matanya karena air hujan masuk-masuk ke sana secara frontal, embuat matanya perih.
Hyukjae masih awet dengan senyuman saat Heechul berhenti tepat di hadapannya.
"Ige mwoya?"
"Kenapa Hyung lama sekali? Aku kan jadi bosan!"
"Ayo pulang!" Ajak Heechul pada Hyukjae. "Jungsoo kau turun dulu biar dia di tengah." Heechul memanggil Leeteuk dengan nama aslinya. Dia meminta Leeteuk untuk turun karena rumahnya sudah ada di depan. Biar nanti saat dia turun, mereka tidak harus bongkar pasang posisi lagi. Motor Heechul itu adalah motor besar yang hanya memiliki jok yag kecil. Mereka bertiga bertumpuk di situ berdempetan, seperti ikan asin.
Heechul mulai mengomel panjang lebar setelah Leeteuk turun. Dia memarahi Hyukjae karena dia hujan-hujanan. Anak itu kenapa bandel sekali. Heechul benar-benar ingin memukulnya dengan keras.
End of Normal POV
Hyukjae POV
Badanku menggigil hebat. Gigiku sampai bergemurutukan tidak jelas. Dingin sekali. Padahal aku sudah memakai double sweater dan selimut setebal ini. Apalagi penghangat ruangan juga sudah on. Terkadang aku benci diriku yang lemah ini. Kenapa aku begini? Aku kan juga ingin seperti hyung-ku yang keren. Tapi yang ada, hanyalah si CUPU Hyukjae.
Hyung-ku adalah orang yang keren. Dia adalah orang yang berkuasa di antara teman-temannya. Hyung-ku memiliki banyak sekali teman. Semua orang menyukainya. Soal asmara, Hyung-ku juga sangat sukses. Yeoja mana yang tidak terpesona dengan karisma-nya. Aku benar-benar ingin seperti itu juga. Bebas.
"Kubilang juga apa. Kau jadi sakit kan. Pabo!" Heechul hyung memukulku. Lagi.
"Sudah tahu aku sakit, malah kau pukuli terus!" Protesku.
"Itu hukuman tauuu!"
"Iya-iya,...."
Heechul Hyung tengkurap di sampingku. Ia terlihat sangat tampan dengan jumper hitam yang dikenakannya. Aroma yang menguar dari tubuhnya begitu maskulin. Ntah bagaimana caranya dia bisa menjadi manusia yang sangat attractive. Benar-benar mengagumkan. Apapun yang dilakukannya pasti terlihat keren.
Aku adalah penggemar berat Kim HeeChul. Dia adalah Hyung-ku. Orang yang kuat. Tidak rapuh sepertiku. Dia kuat luar dan dalam. Aku tahu bahwa dia sudah banyak tersakiti selama ini. Dia sering bilang padaku bahwa ia membenci Appa. Appa seringkali memarahi-nya karena alasan sepele. Mereka sering bertengkar karena berbeda pendapat. Dan sering-sering pertengkaran itu terjadi karena aku. Appa menuduh Heechul hyung telah mengajariku melakukan hal-hal buruk. Padahal aku tidak merasa bahwa hal-hal yang dilakukan Heechul Hyung adalah buruk. Aku sudah sering bilang pada Appa untuk tidak bersikap seperti itu pada Hyung. Tapi sepertinya mereka sudah terlanjur tidak bisa saling memahami. Setiap mereka bertemu, suasana pasti panas.
Ahjuma Kwon pernah bilang bahwa semuanya akan baik-baik saja. Appa dan Hyung pasti akan berbaikan. Karena mereka saling menyayangi. Kata Ahjuma dulu Appa dan Hyung sangat dekat. Hal itu membuatku menyadari sesuatu. Bahwa aku-lah yang merusak hubungan baik di antara mereka. Karena aku nakal pada Hyung. Makannya Hyung sering dimarahi. Dan sekarang, Hyung membenci Appa. Anehnya, Hyung tidak membenciku. Dia menyayangiku.
"Hyung, badanku panas!" Ucapku sambil memegang keningku. Kutatap Hyung-ku yang sedang asyik membaca komik.
Heechul hyung beranjak ke kamar mandi. Saat keluar dia sudah membawa kompresan. Di kamar ku ini memang sudah ditata seperti Rumah Sakit. Kompresan itu sudah ada di kamar mandi-ku sejak lama. Jadi Kalau aku tiba-tiba sakit begini, akan mudah untuk mengambilnya. Heechul Hyung memeras kain kompres itu lalu meletakkannya di keningku.
"Kau ini! Kalau Eomma tahu bagaimana. Aku dan Ahjuma Kwon pasti dimarahi." Keluhnya.
"Ya jangan beritahu, Eomma!"
"Kalau saat Eomma pulang kau masih sakit bagaimana?"
"Aku pasti sudah sembuh." Kukeluarkan jurus Gummy smile-ku. Ini ampuh untuk tidak membuat Heechul Hyung marah.
"Menjijikkan!" Ucap Heechul Hyung lalu kembali tengkurap di sampingku dan lanjut membaca komik-nya.
Dia selalu bilang bahwa senyumku menjijikan. Itulah caranya mengapresiasi senyumku. Seperti dulu aku sering menangis dipanggil Monkey olehnya. Tapi sekarang aku sangat senang dipanggil begitu. Itu adalah panggilan sayangnya untukku. Hyung-ku memang berbeda. Itulah caranya menyayangiku. Aku tahu itu.
END of Hyukjae POV
Normal POV
Semalam Heechul tidur di kamar Hyukjae. Saat bangun, dia melihat wajah pucat Hyukjae yang menakutkan. Badannya sangat panas dan berkeringat. Dia panik dan segera meminta Ahjuma Kwon untuk menelepon Rumah Sakit. Dan di sinilah mereka sekarang. Heechul diam menunduk di luar Ruang UGD. Ahjuma Kwon berusaha menenangkannya. Ia merangkul Heechul yang sekarang sudah jauh lebih tinggi darinya.
Suara hentakan kaki yang sedang berlarian memenuhi lorong menuju UGD. Sepasang laki-laki dan perempuan berlari tergesa menghampiri Heechul dan Ahjuma Kwon.
"Bagaimana keadaannya, Heechul-ah?" Tanya Eomma.
"Mianhae, Eomma!"
PLAKK
Sebuah tamparan yang cukup keras menghantam pipi putih Heechul. Appa yang melakukannya. Heechul segera memegangi pipinya. Sakit.
"Mianhae!" Heechul terus menerus minta maaf.
"Yeobo, apa yang kau lakukan?" Ny. Kim sedikit mendorong tubuh suaminya. Dia memeluk Heechul sekarang.
"Dia tidak bisa menjaga adiknya. Dia pantas dihukum!" Appa masih murka.
"Tenangkan dirimu, Yeobo! Jangan seperti ini! Uri Hyukjae memang sering sakit, bukan?" Sanggah Eomma. Heechul masih bertahan di pelukannya.
"Eomma mianhae." Ucap Heechul lagi.
"Sudahlah!" Eomma mengusap pelan punggung Heechul. Miris rasanya mendengar suara tangis anak sulungnya, apalagi ia masih terus menerus minta maaf. Dia sadar bahwa selama ini mereka sudah keterlaluan pada Heechul.
***
2008,
Tahun ke-3 Heechul di SMA. Tahun ini ia akan menhadapi Ujian Akhir. Dan itu tidak lama lagi. Saat semua anak kelas 12 pada umumnya belajar dengan giat agar lulus ujian, Heechul justru sebaliknya. Ia semakin rajin main dan semakin malas. Pagi ini hasil rapor mid-semester dibagikan. Heechul belum melihat nilai-nilainya. Dia tidak tertarik. Pasti prestasinya tidak naik. Dan dia sedang mempersiapkan diri untuk dimarahi habis-habisan oleh Appa saat sampai rumah. Appa sedang mendapat cuti selama seminggu karena bulan lalu ia berhasil meng goal-kan proyek perusahaan. Makanya jam segini sudah ada di rumah.
"Kenapa tidak dibuka?" Tanya Leeteuk saat melihat sahabatnya itu hanya menatap cover rapor berwarna biru tua itu.
"Malas,..."
"Heechul-ah, Untuk 3 bulan ke depan lupakanlah dulu semua masalah yang membuatmu sakit. Fokuslah pada Ujian. Apa kau mau tidak lulus?"
"Tentu saja tidak, Jungsoo!"
"Makannya fokus-lah..."
"Kau itu hanya 9 hari lebih tua dariku, tapi rasanya seperti kau itu 9 tahun lebih tua."
"Kau ini,... tapi aku kan Baby Face!" Leeteuk narsis.
Heechul kemudian menyikut Leeteuk sampai anak itu hampir terjungkal. "Kadang aku heran, bagaimana kau bisa menghadapi dua adikmu yang manjanya tingkat planet Merkurius itu? Dan bagaimana juga kau tetap setia dan menjadi anak yang baik setelah orang tua-mu menelentarkan kalian bertiga, dan menjadikanmu sebagai pengasuh mereka???"
"Kau pikir aku tidak sebal, Heechul-ah? Aku juga sebal,..."
"Tapi kau bisa menahan emosi, Jungsoo. Dan satu lagi, Appa mu tidak suka memukulmu kan? Mungkin itu alasannya!"
"Aku tahu kau kuat, Heechul-ah! Jangan menyerah. Dan kau juga harus sedikit lebih dewasa sekarang. Kau harus bisa mengerti Appa-mu juga. Jangan hanya ingin dimengerti. Dia bekerja setiap hari. Dari pagi sampai malam. Bahkan kadang tidak pulang. Dia pasti lelah. Jadi wajar kalau dia selalu emosi saat melihat ada masalah sekecil apapun. Kau harus tahu bagaimana cara meredam emosinya."
"Cih,...." Heechul ber smirk ria mendengar perkataan Leeteuk. "Kau peringkat satu lagi hah?" Tanya Heechul kemudian.
Leeteuk mengangguk dengan bangga. Senyuman kesenangan menghiasi wajahnya. Menampakkan lesung pipit manis yang memperindah senyumnya.
"Chukhahae! Aku mau pulang, kau nebeng tidak?"
"Iyalah! Kalau tidak nebeng kau, nebeng siapa lagi aku?"
Heechul dan Leeteuk sudah lama bersahabat. Sejak mereka SD. Makannya Leeteuk sangat memahami Heechul luar dalam. Kalau ada apa-apa, Heechul pasti bercerita pada Leeteuk. Karena hanya Leeteuk yang bisa diajaknya bicara dengan leluasa. Dia tidak menemukan seseorang di rumah yang bisa diajaknya bicara kecuali Hyukjae. Tapi dengan Hyukjae pun dia hanya bisa menceritakan sebagian.
Heechul dan Leeteuk memang pribadi yang berbeda. Bisa dibilang sifat mereka sangat kontras. Leeteuk memiliki dua adik bernama Donghae dan Kyuhyun. Semua urusan di rumah termasuk memasak, Leeteuk yang melakukan. Karena dua adiknya itu tidak cocok dengan masakan Ahjuma-nya. Jadi para Ahjuma hanya disewa untuk bersih-bersih. Orang tuanya pergi mengurus saham-saham mereka yang ada di luar negeri. Membuat mereka sangat jarang pulang. Leeteuk menanggung semuanya sendirian. Namun dia merasa itu tanggung jawabnya sebagai yang tertua. Sedangkan Heechul, dia merasa tertekan dengan semuanya. Heechul merasa Leeteuk kuat dengan semua itu, karena memang orang tua mereka jauh. Makanya sebagai yang paling tua, ia merasa menjadi yang paling bertanggun jawab. Sedangkan dirinya? Orang tuanya jelas-jelas ada di rumah, tapi mereka seperti itu.
"Gomawo, Heechul-ah!" Ucap Leeteuk saat Heechul menurunkannya tepat di depan rumah.
Heechul hanya membalasnya dengan senyuman kemudian segera melaju pulang. Sebenarnya dia memikirkan perkataan Leeteuk tadi. Apa memang ia terlalu egois selama ini? Apa ia terlalu memikirkan dirinya sendiri? Tapi apakah salah jika Heechul ingin mendapatkan kasih sayang yang sama seperti yang Hyukjae dapat? Dia juga ingin dibela saat dia dan adiknya bertengkar. Dia ingin dimanja saat sakit. Dia tidak ingin terus disalahkan. Apa itu salah?
"Heechul-ah, Appa ingin melihat rapormu!" Ucap Tuan Kim saat Heechul datang. Heechul pun menyerahkan rapornya dan duduk di hadapan Appa.
"Kenapa nilai Bahasa Inggrismu masih saja berada di bawah KKM?" Dugaan Heechul tidak meleset kan. Appa marah-marah lagi. "Makanya belajar, Heechul-ah. Kau itu sudah kelas 12. Sebentar lagi Ujian!"
Heechul menarik napasnya lalu beranjak. Dia bosan dimarahi.
"Kemana kau? Dasar tidak punya sopan santun!"
Tak lama kemudian, Eomma datang dengan Hyukjae. Hyukjae sekarang juga sudah berada di tahun ke-3 SMP. Dia akan segera ujian juga. Kebetulan hari ini Eomma sedang tidak ada seminar, makanya dia menyempatkan untuk menjemput Hyukjae. Appa yang tadinya masih emosi karena sikap Heechul, segera tenang saat melihat senyum cerah Hyukjae. Anak bungsunya itu memang tak pernah mengecewakan. Dia puas dengan nilai-nilai membanggakan dari Hyukjae.
"Anak Appa pintar sekali. Bahkan nilai bahasa Inggris dan Matematika-mu dapat 10. Sempurna!" Bangga Appa pada Hyukjae. Senyum penuh kebanggaan menghiasi wajahnya. Pun demikian Eomma.
Hyukjae mengucap terimakasih dengan senyuman Gummy andalannya. Dia senang dan puas dengan hasil yang didapatkannya.
Heechul melihat itu semua dari kejauhan. Apa salah jika dia tidak sepintar Hyukjae? Heechul dulu juga hobi belajar. Dia senang mempelajari hal-hal baru yang didapatnya termasuk bahasa Inggris. Tapi semenjak insiden 'Kamus' beberapa tahun yang lalu itu, Heechul jadi malas. Setiap kali melihat kamus, Heechul kembali merasakan rasa sakit akibat pukulan bertubi-tubi di punggungnya. Hatinya malah lebih sakit. Heechul menangis. Lagi.
Heechul mulai ragu apakah dia benar-benar anak dari keluarga Kim atau bukan. Dia merasa tidak berguna dan tidak diakui. Selama 18 tahun sejak dia lahir, dia belum pernah membuat orang tua-nya bangga sekalipun. Dia hanya bisa menyusahkan. Dan membuat Hyukjae, anak kebanggaan orang tua-nya, selalu menangis.
Heechul mengambil sebatang rokok dari dalam sakunya dan segera menyulutnya. Heechul sudah akrab dengan rokok semenjak masuk SMA. Heechul sudah terlanjur ketagihan. Bahkan sekarang Heechul juga sudah akrab dengan alkohol.
***
2010,
Heechul telah merasa tidak nyaman. Dia tidak bisa melakukan apapun dengan tenang di rumah. Rasa sungkan yang begitu besar muncul di hatinya. Dia merasa seperti orang asing. Hanya Hyukjae yang bisa diajaknya bicara. Ahjuma Kwon sudah lama berhenti karena usianya. Heechul dan Appa sedang bersama di ruang keluarga sekarang. Tapi tak ada satupun dari mereka yang memulai pembicaraan. Hening. Suasana canggung. Heechul pun beranjak. Dia memilih menemani Eomma di kebun. Membantunya mengisi pot dengan kompos.
Eomma hanya tersenyum saat Heechul datang.
"Liburmu sampai kapan Heechul-ah?"
"Minggu depan, Eomma. Ngomong-ngomong, Hyukjae pulangnya jam berapa sih?"
"Dia pulang jam 5 karena ada pelajaran tambahan."
"Hah masih lama,.. aku bosan Eomma! Kalau begini terus, bagaimana kalau aku nge-kost saja?"
"Hah? Waeyo, Heechul-ah?"
"Tidak apa-apa. Aku kan sudah besar, aku ingin hidup mandiri. Apa boleh?"
Nyonya Kim menatap wajah anak sulungnya itu. Heechul baru akan genap 20 tahun bulan depan. Dia sudah semester 4 sekarang.
"Eomma rasa kau di rumah saja Heechul-ah!"
"Wae?"
"Nanti Hyukjae kesepian kalau tidak ada kau!"
Heechul diam. Hyukjae lagi? Heechul merasa hanya dibutuhkan di rumah untuk menemani Hyukjae.
"Aku akan pulang seminggu sekali, Eomma. Hyukjae tidak akan kesepian. Jarak kampus-ku dan sekolahnya kan tidak jauh, nanti kami tetap bisa bertemu setiap hari."
"Di rumah saja, Heechul-ah~"
Kenapa? Heechul merasa kenapa semua begitu tidak adil? Heechul hanya igin mencari kenyamanan.
Heechul masih terus memasukkan kompos-kompos itu ke dalam pot plastik. Namun raut wajahnya berubah keruh, tidak secerah seperti saat ia datang tadi.
***
Heechul pulang dengan wajah cerah. Sesuatu yang direncanakannya berhasil. Ya, setidaknya setelah melakukan ini semua, orang tuanya tidak akan meremehkannya lagi. Mereka akan mengakui bahwa Heechul juga bisa membuat mereka bangga, meskipun apa yang dilakukannya tidak terlalu berharga seperti Hyukjae. Rumah sudah sepi. Tentu saja. Ini sudah tengah malam. Pasti orang tuanya sudah tidur.
Heechul masuk ke kamar Hyukjae. Seperti yang sudah diduga-nya. Anak itu belum tidur. Hyukjae berubah menjadi tukang jaga malam sejak punya Hobi nonton video.
"Monkey!"
"Hyung! ,.... tadi Eomma mencarimu!"
"Aku kan sudah pamit!"
"Iya, tapi kan tidak untuk pulang selarut ini!"
"Hehe,.."
"Sepertinya kau sedang Happy, Hyung. Ada apa?"
"Rahasia,..."
Hyukjae memanyunkan bibirnya karena Heechul tidak mau memberitahunya. Dia pun beralih meneruskan acara menontonnya. Heechul menghempaskan tubuhnya ke ranjang Hyukjae dan ikut menonton. Sekejap kemudian, mereka tertawa terbahak melihat adegan demi adegan yang terlihat di layar. Heechul melempar sebuah pensil ke kepala Hyukjae.
"Wadoooohhhh!!!!!" Hyukjae mengusap-usap kepalanya,.. "Kau kenapa sih, Hyung? Ada apa?"
"Sudah kubilang rahasia!"
"Kalau begitu jangan kau dzailmi lagi kepalaku. Sakit tauuu!"
"Tauuu,..."
"Hihh,.. nyebelin!"
"Monkey??!!"
"Mwoya?"
"Bagaimana kalau aku nge-kost?"
"HAH? Wae?"
"Kenapa reaksimu sama dengan Eomma tadi siang,.. aishh,.."
"Maksudku,.... Kenapa tiba-tiba sekali???" Hyukjae segera menutup video-nya. Dia melompat ke ranjangnya, menghampiri Heechul. "Kenapa, Hyung? Ada apa?" Hyukjae mmenghujani Heechul pertanyaan.
"Masih rahasia, Hyukjae. Nanti kalau aku sudah berhasil, pasti kau kuberi tahu. Aku janji kau adalah orang pertama yang kuberitahu."
"Memangnya kenapa sih, Hyung? Ada apa?"
"Rahasia Hyukjae,.. RAHASIA,.. R-A-H-A-S-I-A..."
"Aishh... menyebalkan,.... tadi kau bilang sudah bilang Eomma?"
Heechul mengangguk.
"Lalu ... boleh tidak?"
"Tidak,..."
"Kalau begitu aku juga tidak memperbolehkanmu!!!!"
"Wae??"
"Karena aku tidak tahu apa yang sedang kau sembunyikan!"
"Kalau kau tahu kenapa harus kusembunyikan, Hyukjae??"
Hyukjae menggaruk kepalanya bingung.
"Sudahlah, Monkey, jangan terlalu dipikirkan. Ini hanya sesuatu yang kecil. Tidak sehebat seperti apa yang kau pikirkan."
"Sekarang beri tahu aku, kenapa Hyung harus nge-kosT? Apa tempatnya sangat jauh?"
"Tidak begitu jauh, tapi juga tidak dekat. Aku perlu berada di sana setiap waktu."
"Apa hal ini sangat penting, Hyung?"
"Tentu saja!"
"Lebih penting dari aku?"
Heechul tersenyum kecil pada Hyukjae. Diraihnya tubuh adiknya itu, lalu ia memeluknya dengan erat. "Tentu saja kau tetap yang paling penting, Monkey. Hanya saja, aku memiliki sesuatu yang ingin serius kutekuni di luar sana." Ucap Heechul seraya melepas pelukannya.
"Kalau itu yang terbaik untuk, Hyung,.... yasudah, tidak apa-apa. Hyung nge-kosT saja." Ucap Hyukjae dengan senyum yang terpaksa. Mata dan Hidungnya sudah memerah. Air matanya sudah siap untuk jatuh.
Heechul terkikik pelan. "Kenapa kau menangis, Monkey? Kau jadi semakin jelek!" Heechul menghapus air mata yang baru menetes di pipi Hyukjae.
Hyukjae kembali memeluk Heechul. Dia merasakan pelukan itu. Hangat. Dia menangis di sana.
"Kau tenanglah, aku akan main ke sini kalau ada waktu. Juga, aku akan sering ke sekolahmu untuk menemuimu."
"Itu kuanggap sebagai janji, Hyung! Awas kalu kau ingkar!!!"
"Haha,..." Heechul malah tertawa.
"Kenapa kau tertawa, Hyung? Jangan-jangan kau janji mau main ke sekolah bukan untuk bertemu denganku, tapi mau mencari gebetan baru. Awas saja kau, Hyung!"
Heechul tertawa lagi. Suara Hyukjae terdengar lucu. Bicaranya sedikit terputus-putus karena dia terisak. Gaya menangis Hyukjae sama sekali tidak berubah. Tetap seperti anak kecil. Heechul semakin mengeratkan pelukannya pada Hyukjae. Kalau boleh jujur, sebenarnya Heechul juga tidak tega meninggalkan Hyukjae sendirian di rumah. Pasti dia akan kesepian. Namun Heechul juga ingin melakukan sesuatu untuk orang tua-nya. Meskipun sesuatu itu tidak besar, tapi Heechul ingin benar-benar serius. Tanpa Heechul sadari, dia juga menangis.
End of Normal POV
***
Present, 2012
Heechul POV
Aku akan pulang pagi ini. Biasanya hari Minggu begini kami akan nonton video bersama. Sudah lama sekali. Aku merindukannya. Kata Jungsoo memang lebih baik aku pulang. Ya, memang sebaiknya aku pulang. Karena di rumah adalah tempatku seharusnya berada. Sejak keputusanku ingin berpisah dengan kedua orang tua-ku waktu itu, aku tinggal di sebuah rumah kecil yang sudah lama tidak berpenghuni. Letaknya tidak jauh dari rumah Jungsoo. Ternyata tinggal sendirian tidak seburuk yang kubayangkan. Jungsoo dan teman-temanku yang lain juga sering main menemaniku. Dulu aku sering sekali pulang. Mungkin 3 hari sekali, atau paling lama seminggu sekali.
Sedangkan kali ini aku sudah 3 bulan lebih tidak pulang. Aku juga tidak menemui Hyukjae. Kampus-nya jauh. Tidak seperti SMA-nya dulu. Kami hanya berkomunikasi lewat telepon.
Dan sekarang aku sudah tidak tinggal di rumah kecil tak bertuan itu. Aku tinggal di tempat usahaku. Tempat usaha yang kudirikan bersama dengan teman-temanku. Ini karena tawaran Jungsoo. Dia memang cerdas. Tidak salah aku memiliki sahabat sepertinya yang telah memberiku jalan keluar.
Masih jelas di ingatanku waktu itu. Saat aku meminta Hyukjae untuk membantuku mengemas pakaian-pakaianku. Malam itu juga, setelah aku memberitahu Hyukjae tentang rencanaku untuk nge-kost, aku langsung pindah. Tentu saja tanpa sepengetahuan orang tua kami. Aku meminta Hyukjae untuk tidak bilang bahwa dia yang mengizinkanku pindah. Aku ingin dia tutup mulut. Karena ini memang rahasia. Mereka akan kuberi tahu apa yang sebenarnya terjadi saat hal ini sudah benar-benar berhasil.
Itu mimpiku waktu itu. Tapi sekarang, aku tidak yakin.
Jarak dari sini ke rumah memang sedikit jauh, aku memutuskan untuk jalan kaki saja. Hitung-hitung olah raga.
"Hyukjae-ah~" Aku meneriakinya dari pintu depan rumah. Lama sekali.
"Monkey-ah~" aku beralih ke belakang. Mencoba memanggilnya langsung dari dekat jendela kamarnya.
Apa-apaain ini, dia bahkan lupa tidak menutup jendelanya. Kulihat dia masih terlelap di balik selimutnya.
"Heh, Monkey!!! Banguuuuuuuuuun~" Aku berteriak sekali lagi. Aku yakin semua tetangga di sini sudah bangun semua karena teriakanku.
Hyukjae mengeryit pelan. Dia menggeliat dan mencari-cari sumber suara yang telah membangunkannya.
"Hyung~" serunya. Suaranya terlalu pelan untuk kudengar. Tapi aku bisa membaca gerakan bibirnya.
"Bukakan pintu, Monkey!"
"Hyung~~" Dia segera turun dari kasurnya. Berjingkrak kecil lalu menghampiriku. Tangannya meraih tanganku dari balik jendela. Sungguh dia itu lebay.
"Iya ini aku, cepat bukakan pintu atau aku pergi lagi..."
Anak itu masih sibuk meraih-raih tanganku dari celah jendela, tapi karena ancamanku tadi, dia segera menuruti kata-kataku.
Kulangkahkan kakiku menuju pintu depan.
"Hyung~" Serunya lagi. Sekarang dia benar-benar memelukku.
"Mandi dulu sana, Monkey. Kau bau!!!!!"
"Memang!"
"Aishhh!"
"Hyung, Bogosipo!"
"Nado!"
Setelah puas memelukku, Hyukjae menggelandang tanganku untuk masuk. Karena kami sudah lama tidak menonton video bersama, pasti dia sudah punya banyak koleksi baru untuk ditunjukkan padaku. Anak polos yang menyukai yadong. Benar-benar aneh tapi nyata. Bukan aku yang mengajarinya nonton video seperti itu. Memang sudah bawaan lahir, sudah takdinya menjadi maniak yadong.
"Eomma ke mana?"
"Molla. Aku baru bangun saat Hyung datang tadi. Jadi mana aku tahu! Mungkin di kebun belakang."
"Oh,.."
"Tuh Hyung,..." Eunhyuk menunjuk sebuah video NC-21.
Benar kan. Anak ini masih rajin browsing setiap malam sampe dini hari untuk mendapat video tidak jelas itu. Ntahlah Eomma sudah tahu atau belum tentang keanehan putra bungsu-nya ini. Tapi sepertinya belum. Kalau saja Eomma sudah tahu, pasti Eomma akan kena serangan jantung mendadak.
"Hyukjae,.. sejak kapan kau menyukai Yaoi??" Kutunjuk salah satu video di folder-nya. Itu... Takumi Kun?
"Dari dulu aku suka Yaoi, Hyung!" Jawabnya santai.
"Oh ya??,.. jangan-jangan gara-gara frustasi diputuskan mantanmu, makanya kau jadi berubah haluan menyukai Namja,.. Atau jangan-jangan kau malah sudah pacaran dengan Donghae??...."
"Anni,... Ikan itu, aku tidak nafsu denganya.. Aku hanya suka Yaoi, Hyung. Hanya suka. Tapi aku masih straight gitu."
"Haha,...berarti benar kau frustasi karena ditinggalkan mantanmu."
"Hyung,... stop ngungkit masalah 'dia'. Aku udah gamau ungkit masalah 'dia' lagi. Saatnya membuka hati untuk Yeoja yang lebih baik."
"Cih,.. Yeoja yang lebih baik? Beneran nggak kapok pacaran?? Kalo Hyung kenalkan satu yeoja lagi gimana?? Mau?"
"Mmmh,.. Mau sih, Hyung. Tapi jangan sekarang. Hatiku masih sakit,..."
"Jiah,... lebih sakit mana daripada saat kau menginap di UGD selama seminggu?"
"Itu lain, Hyung,..."
"Apa beda-nya?"
"Hyung...." Dia kebingungan menjawab pertanyaanku. Seperti ABG kasmaran saja. Padahal umurnya sudah hampir kepala dua.
"aishhh,.." umpatnya,... Ada setitik air yang tiba-tiba terpelanting ke pipiku. Ini,... air ludah Monkey itu???
PLUK,..
Kupukul kepalanya pelan,..
"Aishh,..."
PLUK,..
Kupukul lagi kepala-nya,... Kali ini lebih keras,.
"Appo, Hyung~" Ringisnya.
"Sejak kapan kau berani ber-Aish-Aish padaku. Dan ini,...." Kuusap air ludah monkey itu dari pipiku yang mulus. "Dongsaeng kurang ajar!"
"Hehe,.. kan Hyung yang ngajarin!!! Kalo yang muncrat itu mian ya, Hyung. Ana ga Bermasuddd." Ucap Hyukjae sok Arab.
"Siapa yang ngajarin? Kan sendiri kan yang Hobi mencontohku!"
"Sama aja, Hyung,..."
Ntah apa yang terjadi dengannya. 3 Bulan tidak bertemu, dia semakin menyebalkan. Dasar Monyet!
Kuambil permen mint-ku di kantong. Dengan gaya seperti bintang iklan, aku memakan permen itu dengan mempesona. Hyukjae mengalihkan pandangannya sebentar dari video Yadong yang sedang ditontonnnya.
"Itu permen, Hyung?"
"Bukan, ini sandal,.."
"Serius, Hyung!"
"Sudah tahu permen kenapa tanya?"
"Hyung nyebelin,..."
"Baru tahu?"
Hyukjae Diam. Wajahnya melas minta dikasihani. Tapi aku tidak kasihan sama sekali. Malah aku ingin memukulnya sekali lagi.
"Ada apa kau ke sini, Hyung?"
"Jiah,... jadi aku sudah tidak boleh ke sini??"
"Anni anni,.... hanya saja kau kan sudah tidak pulang 3 bulan. Appa marah besar tau."
"Kau sudah bilang lewat telepon tentang itu, Monkey!"
"Tapi itu sebulan yg lalu, Hyung! Kemarin Appa malah lebih marah dari biasanya."
"Memang-nya ada apa?"
"Ntahlah. Mungkin Appa merindukanmu."
"Haha,.. lucu sekali kau itu, Monkey. Hal seperti itu mana mungkin terjadi?"
"Molla,... eh Hyung, tadi kan aku tanya mau apa kau ke sini? Kau belum menjawab!"
"Oh iya aku lupa,.... Aku mau mengajakmu ke tempatku. Kau mau tidak?"
"MWO? Jinja? Ke tempat tinggalmu??"
"Iya,.. Kenapa? Kau tidak mau?"
"Tentu saja aku mau, Hyung!!!" Sikap Lebay Hyukjae kumat. Dia berjingkrak kegirangan. Mengayun-ayunkan kedua tanganku ke atas dan ke bawah. Untung aku ini manusia. Kalau aku saja zombie, pasti tanganku sudah putus.
"Kaja kita berangkat, hyung!" Hyukjae menarik tanganku. Lagi.
"Kemana? Enak saja,.. mandi dulu sana,... pelangganku akan kabur mencium bau badanmu, Monkey!"
Hyukjae masih saja tertawa girang. Dengan masih terbahak, Hyukjae mangmbil handuknya lalu masuk ke kamar mandi. Dia itu gila atau apa sebenarnya?
End of Heechul POV
***
Normal POV
Hyukjae mengikuti Hyung-nya. Dia masih terheran-heran dengan semua yang ada di sini. Sejak masuk tadi Hyukjae sudah dikejutkan dengan banyak hal. Papan besar bertuliskan 'Good Morning' di depan tadi masih terngiang di benaknya. Dia hanya belum percaya, bahwa inilah hasil karya Hyung-nya. Meskipun sang Hyung tidak sendirian, melainkan bersama teman-temannya, tapi Hyukjae tahu bahwa Hyung-nya punya andil besar dalam pembangunan tempat ini. Sebuah Coffee Shop.
Coffee Shop ini tidak jauh dari rumah-nya. Hanya sekitar 5 kilometer. Hyukjae sering melihatnya. Juga sering melewatinya saat pulang dari kampus. Yang ia tidak tahu hanyalah, ternyata tempat ini adalah milik Hyung-nya.
"Itu mesin pembuat kopi, Monkey. Keren kan?!" Seru Heechul saat Hyukjae terdiam melihat salah satu teman Heechul yang bernama Yesung sedang menuang kopi hitam ke dalam sebuah cup kopi. Hyukjae mengangguk dan melihat-lihat hal lain yang ada di sini.
"Itu, Leeteuk Hyung sedang apa?" Hyukjae menunjuk Leeteuk di sebelah sudut dapur yang lain.
Heechul pun mengajak Hyukjae menghampiri Leeteuk. Dilihatnya namja itu sedang memegang sebuah tusuk gigi super kecil dan mengukir sesuatu dengannya di buih Capucino. Tanpa Hyukjae sadari ia tersenyum saat melihat hasilnya. Buih putih yang tadi hanya datar, sekarang telah terbentuk menjadi kucing manis nan imut. Kucing itu sedang tersenyum dengan matanya yan polos. Mengingatkan Hyukjae dakan senyum sahabatnya. Donghae.
"Bagaimana kau bisa melakukannya, Hyung?" Hyukjae masih asik dalam ketakjubannya.
"Itu tidak sesulit yang kau bayangkan, Hyukjae. Mau coba?" Tawar Leeteuk.
"Tentu saja!" Hyukjae segera mencari jalan untuk masuk ke dapur itu. Dia segera menyerobot tusuk gigi yang dipegang Leeteuk, lalu segera mengukir-ukir di buih Capucino yang masih polos.
"Untuk pemula, biasanya diawali dari yang sederhana dulu. Seperti ini." Leeteuk menggambar garis berliku di sepanjang diameter Capucino, setelah selesai, dia menggambar garis tegak tepat di tengah garis berliku tadi. Hyukjae kembali terbelalak. Dari cara sesederhana itu, Leeteuk sudah menghasilkan satu karya lagi. Capucino bergambar daun paku memanjang. Memang sederhana tapi indah.
"Cobalah!" Ucap Leeteuk. Hyukjae segera mencobanya saat itu juga.
Hasilnya belum terlalu bagus, tapi juga tidak buruk. Hyukjae cukup puas dengan hasilnya.
"HAHA,.. Kenapa bentuknya seperti persegi panjang?"
Suara itu,.. Hyukjae sangat mengenalnya. Ia segera mengangkat kepalanya.
"Donghae???" Hyukjae memperhatikan Donghae yang berdiri di hadapannya, dari kaki sampai kepala. Dia mengenakan seragam bertuliskan 'Good Morning'. Seragam yang sama dengan yang dikenakan Yesung dan Leeteuk. "Sedang apa kau di sini?"
"Aku setiap hari di sini." Jawab Donghae santai. Dia adalah adik tertua Leeteuk sekaligus sahabat Hyukjae. Dulu Donghae sering ikut Leeteuk main ke rumah mereka. Makanya dia dan Hyukjae bisa saling kenal.
"Setiap hari?"
"Ne~"
LHOH,.. Hyung-ku mana??" Hyukjae celingukan mencari Hyung-nya. Dia baru sadar kalau Heechul tidak ada. Apa dia terlalu asyik menggambar tadi?
"Itu!" Leeteuk menunjuk seseorang yang baru muncul dari balik pintu loker.
Hyung-nya muncul dengan gaya Prince-nya. Seperti biasa Heechul memang selalu terlihat elegan. Bajunya sudah berganti menjadi sama dengan yang Leeteuk, Yesung dan Donghae kenakan. Setelan berwarna putih dan hitam. Sederhana tapi manis dengan sedikit tulisan bertuliskan 'Good Morning' di atas name tag.
Heechul melempar satu stel lagi lagi seragam ke arah Hyukjae. Anak itu sedikit kebingungan menangkapnya karena Heechul tidak mengarahkannya dengan baik. "Pakailah!"
"Araseo, araseo!" Hyukjae kembali kegirangan. Dia berlari menuju loker dan segera berganti pakaian.
Setelah memastikan Hyukjae sudah benar-benar masuk ke dalam loker, Leeteuk mulai bicara.
"Bagaimana Heechul-ah? Kau mau memberitahunya langsung, atau..."
"Aku tidak tahu bagaimana harus memberitahunya. Aku bingung."
Yesung yang dari tadi hanya memperhatikan dari kejauhan, segera menghampiri mereka. Donghae malah sudah memeluk Heechul sekarang.
***
Hyukjae mengagumi penampilannya sendiri di depan cermin. Ternyata dia juga keren lho. Tidak jauh berbeda dengan Heechul. Di sela-sela aktifitasnya Hyukjae mendengar suara 'tulat-tulit' tidak jelas dari dalam salah satu kamar. Ya. Hyukjae baru sadar bahwa di belakangnya, ada 6 buah kamar. Kamar-kamar itu Tidak terlalu besar. Hyukjae terkikik karena di setiap pintu bertuliskan nama masing-masing pemilik kamar. HEECHUL, LEETEUK, YESUNG, DONGHAE, KYUHYUN dan,... HYUKJAE?? Hyukjae? Dia juga punya kamar? Dan,.... itu ada Donghae dan Kyuhyun juga. Apa jangan-jangan dua anak itu sudah lama membantu di sini. Hyukjae jadi sebal karena tidak diajak sejak lama.
Hyukjae berusaha mencari-cari sumber bunyi tulat-tulit yang membuatnya penasaran. Bersumber dari kamar Kyuhyun.
Hyukjae segera mengetuknya?
"Nugu??? Suruh Donghae saja, aku akan membantu tapi nanti!!!"
Tanpa dipersilakan, Hyukjae memutar kenop pintunya. Terbuka. Ternyata kamarnya tidak dikunci.
"LHOH,... Monkey Hyung!" Kyuhyun terbelalak melihat Hyukjae yang sudah berdiri di hadapannya. Kyuhyun terlihat lucu mengenakan seragam 'Good Morning'. Ternyata dia sedang asyik main game boat.
"Evil-ah, lama tidak bertemu! Kemana PSP-mu? Kenapa bermain game boat?"
"Hehe,.. kembali ke masa lampau, Hyung!"
"Eh, kau juga membantu di sini ya? Apa Donghae juga?"
Kyuhyun mengangguk.
"Kau itu pegawai macam apa yang kerjaannya cuma nge-game?"
"Aku kan cuma pegawai part time, Hyung. Donghae juga. Jadi kalau Donghae yang bekerja, aku istirahat."
"Dasar!"
"Hehehehe...."
"Kau sudah lama membantu di sini?"
"Tentu saja. Sejak awal bedirinya tempat ini aku sudah ikut andil. Aku juga menyumbangkan uang tabunganku."
"Jadi tempat ini murni dari tabungan kalian ber-lima?"
Kyuhyun mengangguk. "Hanya kau yang tidak ikut menyumbang. Tapi sertifikat tempat ini atas nama 6 orang. Kita baik kan?"
"Aku tidak meminta untuk dimasukkan dalam sertifikat."
"Itu permintaan Hyung-mu. Karena dia adalah Tokoh utama dalam pembangunan tempat ini, makanya kami setuju saja dengan usulnya untuk memasukkanmu. Meskipun sudah 3 bulan ini Heechul sering tidak ada, tapi dia tetap bagian dari pendiri 'Good Morning'."
"Maksudnya sering tidak ada selama 3 bulan?"
"Eh,..." Kyuhyun menutup mulutnya dengan sebelah tangannya. Dia keceplosan. Sekarang dia bingung harus menjawab apa.
"Kalian sedang apa?" Seseorang tiba-tiba muncul di kamar Kyuhyun. Itu Heechul. "Pelanggan datang, ayo cepat keluar!!!" Hardiknya.
"Eh iya~" Mimik muka Kyuhyun berubah lega. Dia beranjak dari ranjang dan keluar. Heechul memberi kode pada Hyukjae untuk ikut juga.
Sebenarnya Hyukjae masih ingin meminta penjelasan pada Kyuhyun. Tapi dia segera melupakannya karena Heechul datang tadi. Tak ada yang tahu bahwa Heechul mengintip mereka dari celah pintu kamar Kyuhyun sejak tadi. Dia mendengarkan semua obrolan Hyukjae dan Kyuhyun. Makanya Heechul segera muncul dan mengambil tindakan saat Kyuhyun tanpa sengaja keceplosan. Sungguh Heechul bingung. Dia sangat ingin bicara pada Hyukjae secepatnya. Tapi saat ingin mengatakannya, Heechul tak pernah bisa.
***
Sudah hampir jam sebelas, Good Morning baru saja tutup. Heechul pun baru mengantarkan Hyukjae pulang. Eomma mereka sudah beberapa kali menelpon Hyukjae menyuruhnya agar segera pulang. Sang Eomma sangat khawatir karena Hyukjae memang tidak pamit saat berangkat tadi pagi.
"Kapan kau akan memberitahu Appa dan Eomma tentang 'Good Morning', Hyung. Mereka pasti senang sekali,...."
"Nanti Monkey,..."
"Bagaimana kalau aku saja yang memberitahu mereka."
"Andwae, aku akan memberitahu mereka sendiri nanti."
"Baiklah,...."
"Monkey, ingat jangan bilang Appa dan Eomma kalau kau kuajak ya..." Ucap Heechul saat mereka sudah sampai di depan rumah.
"Beres, tapi kalau boleh tau, kenapa sih, Hyung? Bukannya bagus kalau Appa dan Eomma tahu kau mengajakku ke Good Morning."
"Jangan banyak tanya, Monkey,... Belum saatnya mereka tau."
"Ne,... Ne,..."
"Ya sudah, masuk sana."
Hyukjae pun segera mengangguk dan masuk.
Dalam perjalanan kembali ke 'Good Morning', Heechul mulai berpikir lagi. Dulu tujuannya membangun Coffee Shop itu adalah untuk menunjukkan pada kedua orang tuanya bahwa dia juga bisa menjadi anak yang berguna. Tapi setelah Good Morning sukses seperti sekarang, kenapa ada saja hal yang membuat rencananya itu terhambat.
Kalau saja semua hal berjalan lancar sesuai keinginannya, pasti sekarang Kedua orang tua-nya sudah tahu tentang Good Morning.
***
Normal POV
Eomma terisak pelan, takut membangunkan Hyukjae. Sudah semalaman anak itu tidak tidur dalam keadaan sakit. Eomma tidak mau dia semakin sakit. Kemudian ia kembali fokus dengan suara anak sulungnya di telepon.
"Mianhe Eomma, aku tidak bisa."
"Eomma mohon Heechul-ah, Hyukjae membutuhkanmu."
"Jeongmal Mianhae, Eomma. Tapi untuk sekarang aku benar-benar tidak bisa."
"Waeyo?"
"Mianhae, Eomma,..."
Samar-sama Heechul mendengar suara orang yang menggerutu di sela-sela isakkan Eomma, suara Appa.
"Mungkin 2 hari lagi Eomma. Aku janji pasti aku akan pulang~"
"Waeyo, Heechul ah~"
"Mianh,..." Suara Heechul terputus.
Handphone yang tadi ia dipegang direbut oleh suaminya. Appa segera memutus sambungan telepon itu.
"Sudahlah, Yeobo,.. kenapa kau bersikap seperti tidak tahu saja seperti apa Heechul itu,... Sekali Heechul dia akan tetap menjadi Heechul selamanya. Heechul yang suka seenaknya sendiri,..."
Lagi-lagi Eomma hanya bisa menangis dalam diam. Dia beranjak keluar dari kamar Hyukjae untuk lebih leluasa menangis. Sungguh Eomma bingung. Dia memang belum bisa memahami Heechul seratus persen seperti apa yang dilakukan Hyukjae dan Leeteuk. Karena Heechul tidak bisa terbuka padanya. Dia ingin juga memahami anaknya itu, tapi sepertinya sulit karena Heechul tidak terbiasa terbuka dengan kedua orang tua-nya. Di sisi lain, suaminya memang sudah terlanjur sangat jauh dengan Heechul. Jangankan berusaha untuk mengenal Heechul. Bahkan suaminya itu sudah tidak menganggap Heechul sebagai bagian dari Keluarga Kim.
***
Leeteuk bisa menatap Heechul yang sedang menggenggam handphone-nya.
"Appa memutuskan telponnya." Ucap Heechul.
"Apa yang terjadi?"
"Hyukjae sakit. Aku harus pulang, Jungsoo!"
"Andwae."
"Tapi Hyukjae bagaimana?"
"Dua hari lagi, Heechul ah~ Pasti Hyukjae bisa menunggu."
Heechul menarik napasnya berat. Dia benar-benar tidak terima dengan semua yang terjadi. Kenapa hidupnya begitu menyedihkan.
***
Tanpa sepengetahuan Leeteuk dan teman-temannya yang lain, Heechul pergi dari 'Good Morning'. Kalau mereka tahu, pasti Heechul tidak akan diizinkan. Ini udah lebih dari dua hari. Heechul sudah kembali ke 'Good Morning' sejak kemarin siang. Tapi teman-temannya tetap belum memberinya izin untuk menengok Hyukjae. Bukan salahnya kalau dia pergi diam-diam. Hyukjae sakit. Bagaimana mungkin dia tidak menengok? Apalagi kemarin Heechul mendapat kabar lagi dari Eomma lagi bahwa saat ini Hyukjae sedang dirawat.
Heechul berjalan kaki menuju halte bus. Dia hanya mengenakan sweater putih dan jeans belel ala kadarnya. Yang ada di pikirannya hanyalah bertemu dengan Hyukjae.
Sampai di Rumah Sakit, Heechul sedikit waspada. Dia takut kalau sampai ada yang mengenalinya. Tapi dia tidak tahu di mana kamar Hyukjae. Bertanya pada receptionist adalah solusi satu-satunya. Heechul menimbang-nimbang apa yang akan dilakukannya. Saat dia sudah bingung ingin melakukan apa, seorang gadis kecil lewat di hadapannya. Heechul segera menghentikannya.
"Siapa namamu?" Tanya Heechul.
"Sulli Imnida~" Gadis itu membungkuk dengan imutnya pada Heechul. Heechul tersenyum melihatnya.
"Berapa umurmu?"
"Aku 8 tahun, Oppa~"
"Sulli-ya, apa Oppa bisa minta tolong?"
Gadis kecil itu menatap Heechul sedikit lama. Tatapannya sungguh polos. Akhirnya dia mengangguk. Heechul pun segera membisikkan keinginannya. Gadis kecil itu menerima permintaan Heechul dengan senang hati. Heechul tak punya apa-apa untuk diberikan pada anak itu. Dia hanya berterimakasih. Tapi sepertinya gadis itu sangat senang bisa menolong Heechul. Seorang wanita memanggil gadis itu dari kejauhan. Mungkin Ibunya. Sebelum pergi, gadis itu mengecup pipi Heechul.
"Oppa jangan bersedih lagi, ne~" Ucapnya lalu pergi.
Heechul hanya tersenyum. Apa sangat terlihat bahwa dia sedang bersedih? Atau keadaannya saat ini memang terlihat menyedihkan?
Heechul beranjak membuka pintu lift. Menuju ke kamar Hyukjae.
"Hyung~" Hyukjae segera bangun dan memeluk Heechul. Heechul membalas pelukannya dengan erat.
"Kau kenapa lagi ha?" Tanya Heechul setelah mereka puas meluapkan rasa rindu.
"Kau yang kenapa, Hyung? Kenapa kau pucat?"
"Jinja? ,.. hanya perasaanmu, Monkey!"
"Benar kau tidak apa-apa?"
"Apa kau begitu merindukanku sampai dirawat seperti ini?" Heechul berusaha mengalihkan perhatian.
"Hyung~" Hyukjae memeluk Heechul sekali lagi.
"Kau kenapa, hah?" Tanya Heechul.
"Anni,.. aku hanya ingin memelukmu."
"Kemana Eomma dan Appa?"
"Mereka pergi ke kantin, Hyung?" Hyukjae melepas pelukannya. "Apa Hyung sudah makan?"
Heechul mengangguk. "Hyukjae-ya~"
"Waeyo?"
"Kau masih ingat cara membuat kopi kan?"
"Tentu saja. Baru seminggu yang lalu kau mengajariku, Hyung~"
"Baguslah,..."
Hyukjae membulatkan matanya bingung. "Apa maksudnya, Hyung?"
"Aku bisa tenang karena akan ada yang menggantikan posisiku. Jadi 'Good Morning' tidak akan ditutup."
"Menggantikan? Memangnya Hyung mau ke mana?"
Heechul tersenyum tipis. "Jae,..." Heechul mengelus rambut Hyukjae. Ditatapnya wajah adiknya itu. "Jae,.. bisakah Hyung minta tolong satu hal?"
"Jawab dulu,... Hyung mau kemana?"
"Tolong sampaikan maafku pada Eomma dan Appa. Kau mau kan?"
"Hyung, kenapa kau aneh sekali hari ini?"
"Apa kau lupa kalau Aku memang aneh dari dulu."
"Bukan aneh yang seperti itu, Hyung.. tapi,..."
"Heechul-ah~" Seseorang menyerukan namaku.
"Eomma!" Aku balik menyeru padanya. Eomma berdiri di ambang pintu kamar Hyukjae.
Eomma segera datang memelukku.
"Kemana saja kau, Nak?"Tanya Eomma kemudian dia terisak. Bisa kurasakan air matanya merembes pelan membasahi pundak Heechul. Hangat rasanya.
"Apa Eomma merindukanku?"
"Tentu saja."
"Uljimarayo~" Heechul mengelus pundak Eomma.
Heechul bisa melihat Appa yang berdiri di belakang Eomma. Ia menatapnya tajam. Heechul benar-benar sudah tidak mau ribut. Ia hanya ingin minta maaf. Tapi kenapa rasanya sulit sekali? Kata-kata maaf itu seperti terhenti di pangkal lidahnya. Heechul balas menatap Appa, namun dengan tatapan yang sendu. Perlahan Heechul melepas pelukan Eomma. Suasana menjadi canggung. Mereka hanya berdiri dan bertatapan satu sama lain. Hyukjae yang sedang terbaring di ranjangnya juga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ayo kita masuk. Kenapa berdiri di ambang pintu seperti ini?" Eomma membuka suara, berusaha mencairkan suasana.
Mereka pun masuk. Setelah pintu ditutup, suasana kembali masih belum berubah, masih seperti tadi.
"Untuk apa kau kemari, Heechul-ah~"
Deg,...
Heechul yang berposisi tepat di samping kanan Hyukjae hanya bisa membisu. Hyukjae menatap wajah Hyung-nya itu. Dia ingin membantu, tapi apa yang harus dilakukannya?
"Kau pikir tindakanmu itu sudah benar hah?... tidak pernah pulang,.. apa yang kau lakukan bersama teman-teman bodohmu itu?"
Heechul tetap diam meskipun hastinya sakit. Ntah sudah berapa kali Appa membicarakan masalah ini. Menyebut teman-temannya bodoh.
"Yang kau pikirkan hanya bersenang-senang. Kau selalu memikirkan kepentinganmu sendiri."
"Yeobo, sudahlah!" Eomma masih berusaha menenangkan suaminya.
"Kim Heechul, jawab aku?" Appa tetap bersikeras mengintrogasi Heechul.
"Yeobo, hentikan!!!" Eomma pun berakhir membentak suaminya. "Mau sampai kapan kau bersikap seperti itu kepada Heechul kita?"
"Bahkan kau sekarang sudah berani membentakku, Yeobo!" Appa semakin marah.
Heechul tetap diam tak beralih dari posisinya. Dia menyadari satu hal. Dia salah datang ke sini. Seharusnya dia tak pernah datang. Orang tua-nya tidak akan bertengkar bila dia tidak datang.
Tiba-tiba dada Heechul terasa sesak. Dan ia mulai terbatuk kecil. Dia menepuk-nepuk pelan dadanya. Hyukjae segera menatap Hyung-nya.
"Heechul sudah terlalu banyak mengalah selama ini, Yeobo. Tidak bisakah kau sadari itu? Kau selalu menyalahkannya. Apa kau pikir tindakanmu itu juga sudah benar?" Eomma menangis di sela-sela perkataannya. Sungguh dia tidak sampai hati. Tapi bila dia tak mengatakannya, sampai kapan suaminya akan bersikap seperti itu.
Heechul terbatuk lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih keras. Heechul menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Ia mengeryit, dadanya sakit.
"Hyung, gwaenchana?" Hyukjae mulai khawatir.
Heechul merasakan sesuatu naik ke tenggorokannya. Sesuatu yang sudah tak asing baginya. Dia berusaha menyembunyikannya. Heechul berpegangan pada pinggiran ranjang Hyukjae. Dia berjalan pelan. Matanya mencari-cari sesuatu, kamar mandi. Saat Heechul menemukannya, dia berusaha berjalan lebih cepat.
"Uhuk,..." Suara batuk Heechul terdengar menyakitkan. Heechul berusaha bernapas. Tapi dadanya terasa sakit setiap ia menghirup oksigen.
Hyukjae panik saat dilihatnya ada darah merembes dari celah-celah jari Heechul yang digunakannya untuk menutup mulut.
"Hyung,... Appa, Eomma,.. Hyung~" Teriaknya,...
"Heechul-ah, waeyo?" Eomma menggapai tubuh anaknya dari belakang. Heechul masih tetap terbatuk hebat. Darah memercik pelan dari sela-sela jemarinya. Tubuh Heechul ambruk ke lantai. Kejadiannya begitu cepat hingga Eomma bahkan tak sempat mencegahnya. Heechul meremas dadanya dengan erat.
Appa hanya bisa mematung. Apa yang terjadi dengan Heechul? Kenapa dia seperti itu?
"Heechul ah,.. Heechul ah,.." Nyonya Kim khawatir sekali.
Mata Heechul perlahan tertutup. Samar-samar dia bisa melihat Appa menghampirinya. Mengangkat kepalanya ke pangkuannya.
"Heechul-ah,..." Appa menepuk pelan pipi Heechul. Berusaha mempertahankan kesadarannya. Tapi sia-sia saja.
Hyukjae menarik jarum infusenya. Ia tak perduli dengan rasa sakit dan tetesan darah mengalir dari lengannya. Ia panik. Ia segera berlari keluar kamar. Matanya menelisik ke setiap sudut.
"DOKTER~" Teriakan Hyukjae membahana di sepanjang lorong.
Seorang suster jaga mendengar teriakan paniknya. Suster itu segera menghampiri Hyukjae dan melihat apa yang ada di sana. Dengan segera suster itu menghubungi bagian pusat. Tak berapa lama, Beberapa perawat dan seorang Dokter datang. Mereka segera mengangkat tubuh Heechul ke ranjang. Dengan cekatan, mereka melepas sweater Heechul yang sebagian sudah terkotori oleh darah yang warnanya kehitaman. Wajah Heechul pucat pasi. Suhu tubuhnya sangat dingin.
Mereka segera melakukan ADD darurat. Sang Dokter menekan dada Heechul dengan teratur. Karena tidak ada respon, Dokter itu memukul dada Heechul dengan kedua kepalan tangannya. Tindakan itu pun tak berhasil. Jantung Heechul benar-benar tak merespon.
Salah seorang suster memeriksa respon mata Heechul. Yang lain memeriksa denyut nadi dan tekanan darahnya.
"Kim Heechul, Kim Heechul,...Ireona,.." Dokter itu terus menerus menyerukan nama Heechul berkali-kali.
"Defribilator,..." Hardiknya. Seorang suster segera menyerahkan sepasang defribilator pada Dokter itu.
Dokter mulai mengejutkan Heechul dengan alat itu. Tapi tetap tidak ada respon. Detak jantung Heechul masih belum kembali.
"Naikkan tegangannya,..." Hardik Dokter itu lagi.
Tiga pasanga mata yang tak tahu apa-apa itu hanya bisa melihat. Mereka hanya bisa menyaksikan semua itu. Mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ada apa dengan Heechul? Mereka kebingungan dan menangis. Bersamaan dengan itu, 4 orang laki-laki datang menghampiri mereka. Nafas mereka tersengal. Mereka barusaja berlari. Mereka sudah menduga Heechul aan berakhir seperti itu. Mereka juga hanya bisa menatap Heechul yang sedang ditangani.
"Leeteuk Hyung,.. katakan padaku yang sebenarnya. Ada apa dengan Hyung-ku?" Suara Hyukjae terdengar memilukan. Perlahan Leeteuk menghampiri Hyukjae lalu memeluknya.
FLASHBACK
3 months ago,
'Good Morning' sedang sepi. Sama sekali belum ada pengunjung sejak pagi. Heechul, Leeteuk dan Yesung berusaha menghibur diri mereka sendiri agar tidak bosan. Leeteuk memilih untuk online. Sejak pembangunan 'Good Morning' 9 bulan yang lalu, karena terlalu sibuk ia jadi jarang online. Yesung memilih untuk main game. Ternyata ada untungnya juga Kyuhyun membawa PS3-nya ke sini. Apalagi ada game 'Winning Eleven' terbaru Favorite-nya. Sedangkan Heechul, dia tertidur di sofa.
Dua orang anak laki-laki tiba-tiba datang. Mereka bermain kejar-kejaran seperti anak SD. Mereka tertawa kelewat senang sambil sesekali saling memukul atau menendang. Mereka adalah Donghae dan Kyuhyun yang baru pulang dari kampus dan sekolah. Donghae saat ini sudah semester 4 sama dengan Hyukjae. Sedangkan Kyuhyun, baru SMA kelas 3. Mereka memang selalu pulang bersama karena Donghae belum mendapat SIM. Kemampuan menyetir Donghae memang payah.
"Kim Heechul pemalas,... ayo bangun!!!!" Kyuhyun menarik tangan kanan Heechul dengan kuat sampai tubuh Heechul terduduk.
"Lepaskan aku Evil-ah,... aku mau tidur~" Jawab Heechul.
Kyuhyun memang tidak terbiasa memanggil Heechul dengan sebutan Hyung. Padahal Heechul seumuran dengan hyung tertuanya.
"Ayo bangun!!!! Apa reaksi pelanggan kalau mereka tahu kau tidur di sini?"
Heechul tidak mempedulikan Kyuhyun. Ia hanya ingin tidur. Bukan karena malas atau apa. Tapi hari ini dia memang sedang tidak enak badan. Sudah cukup lama sejak Heechul sering merasakan sakit di dadanya. Entah kenapa.
Donghae datang sambil membawa air mineral. Bukan untuk diminumnya tapi untuk mengerjai Heechul. Donghae memercik-mercikkan air itu ke wajah Heechul. Pertama memang Heechul tidak merespon. Tapi lama-lama dia sebal juga. Heechul segera terbangun lagi.
"DONGHAE YA,.. HENTIKAN??!"
Heechul berteriak marah. Reaksi tak terduga dari Heechul yang membuat Kyuhyun dan Donghae keheranan.
"Hyung,.. mi,.. mianhae,..." Ucap Donghae yang benar-benar menyesal dengan perbuatannya. Dia tak menyangka Heechul akan semarah ini. Biasanya Heechul memang marah saat dikerjai mereka berdua. Tapi hanya marah main-main yang tidak serius. Bukan seperti ini.
"Donghae-ya, Kyuhyun-ah,.. cepat ganti baju!" Seru Leeteuk seraya menghampiri mereka. Yesung yang tadi asyik main sekarang juga ikut memperhatikan keributan itu.
Biasanya Heechul akan tertawa saat Donghae dan Kyuhyun menggodanya. Akhirnya mereka berakhir kejar-kejaran seperti Tom & Jerry. Donghae dan Kyuhyun memutuskan untuk menuruti Leeteuk. Mereka berlari kecil ke ruang loker setelah itu.
"Heechul-ah, ada apa?" Tanya Leeteuk kemudian.
Heechul terlihat sedih. Ia menyesal telah membentak Donghae. "Aku juga tidak tahu, Jungsoo. Mianhae aku membentak Donghae."
"Apa kau ada masalah?" Leeteuk seperti tak mempermasalahkan hal itu, yang jelas saat ini ia khawatir pada Heechul.
"Anni,.... cuma Dada-ku agak sakit..."
"Apa perlu periksa?"
Heechul menggeleng.
"Kau yakin? Sepertinya tidak ada salahnya periksa Heechul ah. Batukmu itu juga perlu diperiksa sepertinya. Sudah lama tidak sembuh-sembuh kan?"
"Apa benar perlu periksa?" Tanya Heechul ragu.
Leeteuk mengangguk. "Nanti sore akan kuantar kau ke Rumah Sakit. Sekarang Lebih baik kau istirahat di kamar saja. Tidurlah~"
Heechul juga segera menuruti perkataan Leeteuk. Dia belum melakukan apa-apa sejak pagi, tapi tubuhnya terasa sangat lelah. Memang benar sebaiknya dia tidur. Saat melewati loker, dia hanya menatap Donghae dan Kyuhyun di sana. Dia ingin minta maaf, tapi kondisi badannya dan suasana hatinya sedang tidak baik. Heechul pun memutuskan untuk melakukannya nanti saja.
Heechul segera berbaring di ranjangnya. Dadanya terasa panas dan sesak. Ada rasa perih yang mendera saat dia menghela napas. Heechul memejamkan matanya. Berusaha untuk tidur lagi. Tapi sepertinya akan sulit. Heechul tidak bisa berbaring dengan tenang. Dan rasa sakit itu semakin sering datang. Oksigen yang dihirupnya seakan tertahan di tenggorokkan.
"Uhuk,.. Argh,..." Heechul mengerang pelan. Heechul meringkuk. Kedua tangannya sibuk memegangi dadanya, sakit sekali.
***
Donghae dan Kyuhyun yang masih ada di loker saling berpandangan mendengar suara batuk Heechul. Tidak seperti batuk pada umumnya. Donghae mengetuk kamar Heechul beberapa kali seraya menyerukan namanya. Heechul di dalam sana masih sibuk terbatuk.
"Kyu, panggil Leeteuk Hyung, cepat~"
Kyuhyun berlari menuju ke depan. "Hyung, Leeteuk Hyung~"
Tanpa mempedulikan Leeteuk yang kebingungan, Kyuhyun menarik tangannya begitu saja. Yesung juga segera ikut tanpa diajak. Kyuhyun terlihat panik, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Heechul Hyung, Buka pintunya!" Donghae masih sibuk memanggil Heechul dari luar. Kamarnya terkunci dari dalam.
Leeteuk segera ikut menggedor kamar Heechul. Heechul memang sudah lama sering batuk, tapi tidak pernah batuk terus menerus seperti saat ini. Dan suara batuknya berbeda. Terdengar lebih berat dan keras.
"Heechul-ah~" Tidak ada tanggapan.
"Hyung, kita dobrak saja!" Yesung segera memposisikan dirinya tepat di depan pintu. Mengambil alih tempat Donghae sebelumnya.
Dengan aba-aba dari Yesung, Mereka pun mendobrak pintu bersama. Mereka segera menghampiri Heechul saat melihat dia hampir terjatuh dari ranjang. Tubuh Heechul terguncang hebat setiap kali dia terbatuk. Mereka lebih kaget lagi saat melihat darah yang mengotori telapak tangan dan sprei Heechul.
"Ya Tuhan,... " Leeteuk segera menahan tubuh Heechul yang sudah ada di ujung ranjang. "Kyuhyun ah,... Kyu siapkan mobil, Ppali,...." Panik Leeteuk.
"Hae, Yesung, bantu aku angkat dia,..."
***
"Apa Tn. Kim seorang perokok?" Tanya Dokter muda bernama Choi Siwon itu.
"Dulu dia perokok berat dan pecandu alkohol. Tapi sudah hampir 2 bulan dia berhenti. Dan menggantinya dengan permen mint." Jawab Leeteuk.
"Hasil pemeriksaannya baru akan keluar paling cepat besok pagi."
"Dia baik-baik saja kan, Dok?"
"Hmh,... Untuk sekarang keadaannya sudah stabil. Tapi menurut dugaan kami, Tn. Kim menderita Penyakit Kanker Paru."
"Kanker?" Leeteuk terbelalak kaget.
"Itu masih dugaan kami, Leeteuk ssi. Jangan bicarakan hal ini pada pasien dulu, ne. Tunggu sampai hasilnya keluar,... satu lagi,.. Besok saat hasil pemeriksaannya keluar, Tolong bawa salah satu keluarganya juga."
Leeteuk terdiam agak lama.
"Ne~ saya akan berusaha menghubungi keluarganya."
End of Normal POV
***
Leeteuk POV
Kanker?? Bagaimana kalau dugaan itu benar? Ya Tuhan, apa salah Heechul? Apa masih kurang penderitaannya selama ini?
Aku melangkah pelan menuju kamar rawat Heechul. Yesung, Donghae dan Kyuhyun segera memberondongiku dengan berbagai pertanyaan saat aku datang. Aku langsung menjawab jujur tentang keadaan Heechul sekarang. Dengan merahasiakan masalah dugaan dokter tadi. Mereka pun bernapas lega.
Heechul masih belum boleh dijenguk. Jadi hanya kami hanya bisa menatapnya dari luar. Dokter membiusnya sehingga Heechul tertidur seperti orang mati. Sudah hampir 5 jam sejak Heechul dibawa ke sini tadi, tapi Heechul belum bangun juga.
***
Hari sudah hampir siang. 3 jam yang lalu hasil pemeriksaan keluar. Tak ada yang salah dari dugaan Dr. Choi. Heechul memang mengidap Kanker Paru. Kata Dr. Choi, Kanker Paru memang sering baru diketahui saat sudah memasuki stadium lanjut. Aku belum bisa menerima kenyataan ini. Heechul itu sahabatku. Kami berteman sejak kecil. Bagaimana mungkin Heechul sahabatku itu menderita penyakit separah ini?
Donghae langsung menangis saat mengetahui keadaan Heechul. Aku ingin sekali menghubungi Appa atau Eomma Heechul. Atau setidaknya Hyukjae, Tapi Heechul melarangku.
Heechul,.. dia terlihat tabah. Dia hanya tersenyum saat hasil diagnosanya keluar. Aku tahu senyum itu palsu. Pasti Heechul merasa sangat hancur. Tapi bukan Heechul namanya kalau tidak bisa menutupi perasaannya. Bahkan dia masih sempat menggoda Donghae saat dia menangis.
Sudah tidak ada jalan lain untuk penyembuhan. Kanker Heechul sudah terlanjur parah. Kemoterapi sudah terlambat. Eotokkhae? Apa yang harus kami lakukan?
FLASHBACK END
Tubuh Hyukjae merosot pelan saat aku menceritakan semuanya. Bisa kurasakan suhu tubuhnya yang tinggi. Dia memang sedang sakit bukan? Tangisan Hyukjae semakin menjadi. Aku tetap memeluknya untuk menguatkannya. Aku tahu ini sangat sulit baginya. Aku tahu dia khawatir. Karena aku juga khawatir. Kami semua khawatir. Aku hanya berharap, Dokter Choi berhasil menyelamatkan Heechul.
Sudah hampir setengah jam sejak aku datang. Dr. Choi dan para suster masih sibuk berkutat dengan tubuh Heechul.
Heechul sahabatku itu terbaring tanpa daya di ranjang. Apa dia tidak merasa sakit dengan defribilator yang ditekankan di dadanya itu? Kenapa dia tak bangun juga?
End of Leeteuk POV
Normal POV
Dokter Choi memberikan Defribilator itu kepada salah satu suster. Peluh sudah membasahi seluruh wajahnya. Dr. Choi memutuskan untuk melakukan ADD manual lagi. Dia mulai memukul dada Heechul dengan dua jarinya.
"Aku mohon, Heechul, bangunlah~" Ntah sudah berapa kali Dokter Choi mengatakan itu.
Dr. Choi terlihat frustasi. Dia memandang satu per satu perawat yang membantunya. Dr. Choi pun menghentikan ADD yang dilakukannya.
"Waktu kematian 14:37 siang waktu setempat,..."
Satu kalimat klimaks itu terdengar bagai sambaran petir untuk semua yang ada di situ.
Jangan tanya bagaimana reaksi keluarga Heechul, mereka semua terlihat hancur. Sedangkan 4 orang sahabat Heechul di sana hanya diam. Mereka berusaha ikhlas karena setidaknya... sekarang beban Heechul sudah hilang. Tidak ada lagi Kim Heechul yang malang. Hanya tersisa Heechul yang sudah bahagia dan tenang di sana.
***
Hyukjae mengusap pelan foto yang ada dalam figura itu. Potonya dengan Heechul yang diambil 4 bulan lalu. Saat Heechul pulang untuk mengajaknya ke 'Good Morning' untuk pertama kalinya. Hyukjae tersenyum melihat foto itu.
"Hyung, 'Good Morning' aman berada dalam pimpinan Leeteuk Hyung. Tentu saja dengan bantuanku, Yesung Hyung, Donghae dan Kyuhyun. Tempat ini semakin ramai setelah kami memutuskan untuk memajang ratusan poto narsismu dari twitter. Ternyata tampangmu memang menjual,... hehe,..."
"Aku senang karena sekarang Appa menjelma menjadi orang yang hangat. Meskipun ragamu tidak di sini, tapi aku yakin kau bisa melihat dan merasakan kehangatan Appa. Eomma sering sekali datang ke sini untuk membantu kami membuat kopi, kau juga tahu itu kan, Hyung. Tentu saja. Aku memang bodoh karena setiap hari menceritakan padamu hal yang sama,...kkkk"
"HYUKJAE,... mau sampai kapan kau di dalam,.. ayo keluar,.. sudah siang, waktunya bukaaaaaa" Suara Leeteuk.
Hyukjae terkikik lagi.
"Ya sudah ya, Hyung, Bye,.. aku harus bekerja untuk mempertahankan warisanmu. Saranghaeyo, Kim HeeChul Nae Hyung~"
E.N.D
Alhamdulillah akhirnya FF ini selesai. Setelah sekian lama. kkkk,... Di sini saya bicara dalam rangka meminta maaf pada semua PETALS dan JEWELS. Saya cuma meminjam nama bias kalian kok, peace,... Saya nggak mempermasalahkan siders. Terserah mau Comment atau enggak. Tapi kalau bisa comment ya. Thanks for reading~
Enaknya aku nge post FF lagi nggak??
kkk
Ssedih bgt...
ReplyDeleteTpi bagus bgt
Jarang nemu ff kyk gini
Thanks ya
Deletewaduh ko malah kamu yg bilang thanks,.. harusnya aku dong :)
wuahhh,.. makasih komennya ya :)
:)
.akko mau nangis baca ff ini....
ReplyDeleteomo,.. uljima T.T
Deletemakasih ya udah baca,.. <3
puanjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang, mataku mimiren ma, wkkkkk
ReplyDeletetapi aseli ini sad :'( menurutku bagus alurnya dijelasin dengan rapi dari awal sampai akhir... tp ada beberapa part yang ga semuanya dijelasin..ini yg mau tak komen cuma bahasanya sih.. bagus ma, awalnya.. tp rada kebawah kok jadi campur kaya es :D hahaha
trus juga. typo nama hyukjae jadi eunhyuk, kkkkk XD
bagussssssshhhh :D (y)
This comment has been removed by the author.
Deletehaha, ntar diperbaiki, Put. (Bilangnya ntar sampai 3 tahun kemudian tetep begitu, gaada perubahan)
Deletemaaf reply-ku yang sebelumnya tak hapus ya. Soalnya mboso dibaca sekarang kaya gimanaaa gitu. Kurang enak dibaca.
Terima kasih, Puput. Maaf udah bikin kamu nangis T.T, Tapi seneng juga sih :D
ahhh daebbaakk .. udah lma gak baca ff ke gni. bkin banjir d pipi
ReplyDeletekerreenn.. bkin lg yg sad family and brother ship ne ff... nya
aq tunggu ff slanjutnya.. gomapta udah bkin baca.an yg bagusss
Terima kasih review-nya ya. Mohon maaf karena saya lelet banet bales-nya. Maaf T.T
DeleteDitunggu saja karya selanjutnya ya :)
sbenar.y aku udah baca ff ini beberapa kali. tetp bkin nyesek ternyat.. gomawo buat smua cerianya
ReplyDeleteini kamu orang yang sama dengan yang komentar sebelumnya kan. Saya benar-benar beterima kasih. Padahal penulisannya masih berantakan gitu. Mungkin nanti akan saya edit ulang supaya lebih rapi. Biar lebih enak dibacanya. Sekali lagi terima kasih ya :)
Delete